
Diperbaharui pada: 11 Juni, 2008 - Published 14:52 GMT
Email kepada teman Versi cetak
Raja Gyanendra kini akan tinggal di luar istana
Mantan Raja Nepal Gyanendra telah keluar dari kompleks istana yang telah menjadi rumah keluarganya selama lebih dari 100 tahun.
Gyanendra dan istrinya, bekas ratu Komal, keluar dari kompleks istana dengan sebuah mobil Mercedez hitam sementara puluhan petugas polisi antikerusuhan menjaga gerbang utama.
Dlam pernyataan pers sebelum bertolak, dia mengatakan, dia akan bekerja demi kebaikan republik baru.
Dia juga mengatakan telah menyerahkan mahkota dan tongkat kebesaran kerajaan kepada pemerintah.
Raja yang lengserkan dan istrinya akan pindah ke sebuah kediaman sementara di luar ibukota.
Bulan lalu, Majelis Nasional Nepal yang dipimpin Maois memberikan suara setuju untuk menghapuskan kerajaan.
Istana di pusat kota Kathmandu akan menjadi museum.
"Saya telah mendukung dan mendukung keputusan bangsa," kata Gyanendra, dan menegaskan dia "tidak akan meninggalkan negara ini" dan mengasingkan diri.
"Mahkota dan tongkat kebesaran yang dipergunakan oleh dinasti Shah, saya telah serahkan kepada pemerintah Nepal," tambahnya.
Para wartawan mengatakan, mantan raja duduk di atas kursi dikelilingi dengan hasil perburuan, termasuk dua harimau dan kepala badak yang diawetkan.
Ini merupakan pernyataan pertama Gyanendra sejak Nepal dimaklumatkan sebagai republik pada 28 Mei.
Gyanendra juga menyatakan dalam pidatonya bahwa dia tidak menumpuk kekayaan dalam jumlah sangat besar, dan membantah "desas-desus" di Nepal bahwa dia terlibat dalam pembantaian di istana pada tahun 2001 yang mengantar dia tahta kerajaan.
"Pada tahun 2001, saya bahkan tidak meratapi kematian saudara dan saudara ipar saya serta kemenakan-kemenakan saya," katanya. "Tuduhan-tuduhan itu yang ditujukan kepada kami tidak manusiawi."
Dia menekankan bahwa beberapa peluru mengeram di tubuh istrinya akibat penembakan tersebut.
Kediaman baru mantan raja di Nagarjun di pinggiran barat laut Kathmandu berupa rumah besar, nyaman tapi terlihat biasa.
Ibu tiri dan selir kakeknya akan tinggal di rumah mereka dalam kompleks istana Kathmandu di sebuah kawasan yang dipagari.
Wartawan BBC Charles Haviland di Kathmandu mengatakan, kepergian sang mantan raja akan menjadi saat simbolis penting dalam kejatuhan dinasti Shah, yang mempersatukan Nepal pada 1760-an.
Orang-orang Maois, yang mendesak Gyanendra agar lengser secara terhormat atau diadili, menyambut kabar bahwa dia pergi tanpa keributan.
Namun, para wartawan mengatakan, secara keseluruhan berakhirnya kerajaan Nepal terasa getir, yang dipicu ileh pembantaian misterius anggota keluarga kerajaan tahun 2001 dan upaya Gyanendra untuk aktif secara politik dalam membasmi pemberontakan Maois.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar